Ini Cara Agar Siswa Tidak Menyontek
Peserta didik sedang mengikuti kegiatan Penilaian Akhir Semester (Dok. Didno) |
Setelah menyelesaikan materi pembelajaran, biasanya seorang guru akan mengadakan evaluasi. Ada yang namanya penilaian harian atau ulangan. Setiap guru di satu sekolah mempunyai kesepakatan mengenai penilaian harian atau ulangan harian.
Kesepakatan yang dimaksud misalnya mengenai bentuk soal ulangan atau penilaian harian. Di sekolah tempat bapak dan ibu guru tentu berbeda dengan tempat mengajar guru lain. Di sekolah Ibu Lasiyem (Guru IPS di Baradatu) misalnya menyepakati soal ulangan harian berbentuk isian titik titik dan esai berstruktur. Maka penilaian di RPP (Rencana Pelakasanaan Pembelajaran) mengacu kepada soal yang akan digunakan. Bisa soal HOTS atau bisa juga tidak.
Mungkin ada yang bertanya mengapa harus isian titik titik dan esay?, karena kesepakatan antara guru dengan kepala sekolah yang sudah berlangsung dari tahun ke tahun bahkan hingga saat ini sudah tahun ke Sembilan.
Mengapa soal titik-titik dan esai?. Karena menurut pengamatan, kebiasaan anak anak jika mengerjakan soal pilihan ganda, sekalipun HOTS, masih ada saja pelajar yang meremehkan karena menurut sebagian anak tidak perlu belajar atau berpikir terlalu keras. Toh nantinya soal yang mudah atau sulit bisa dijawab pada Lembar Jawaban.
Bahkan pernah kejadian ada seorang guru yang memergoki siswa sedang mengundi jawaban tanpa membaca soal terlebih dahulu. Keterlauan bukan? Walaupun mungkin satu sekolah hanya ada satu atau dua orang saja yang demikian, tetapi tetap saja memprihatinkan.
Oleh karena itu sekolah kami membuat kesepakatan soal harus berbentuk isian. Tentu sekolah lain membuat soal sesuai dengan kesepakatan sekolah masing masing.
Berbicara mengenai ulangan harian atau penilaian harian, setiap guru pasti mempunyai trik supaya anak anak jujur dalam mengerjakan soal, apapun bentuk soalnya. Salah satu trik sebelum ulangan adalah dengan cara membuat MoU (Memorandum of Understanding) dengan peserta didik. Dengan cara ini diyakini akan mengurangi peserta didik untuk menyontek.
Guru membuat MoU dulu dengan memberi instruksi sebagai berikut :
- Bersihkan meja dari peralatan yang dibawa kecuali pena (karena kertas soal dan jawaban yang sudah disiapkan).
- Boleh nyontek, syaratnya tidak ketauan, jika ketauan berarti batal ulangan.
- Tidak menengok ke kiri dan kanan, belakang,ke depan jika dilakukan peserta didik turun ke bawah, mengerjakan soalnya sambil duduk dilantai dan di bawah papan tulis.
- Jika setuju, silakan tandatangan absennya.
Jika semua anak setuju, maka peserta didik akan tanda tangan semua, kitapun tentu harus konsekuen dengan MoU tadi, jika memang ada yang melanggar harus ditindak. Ada satu atau dua anak yang melanggar akan diturunkan, hingga akhirnya aman sampai selesai ulangan.
Guru harus mengatakan "mengapa meja harus bersih, dan tidak boleh tolah menengok ke kanan dan kiri, agar anak konsentrasi dengan pekerjaannya", jangan sekali-kali mengatakan jika itu agar anak tidak nyontek. Jika demikian berarti kita sudah berburuk sangka pada peserta didik, karena tidak semua peserta didik suka menyontek. Katakan yang baik, hindari prasangka yang buruk kepada anak sekalipun itu ulangan dan menyontek.
Jika PTS (Penilaian Tengah Semester) kita mengawas di kelas yang kita sendiri tidak mengajar, tidak masalah, karena tipikal kita yang seperti itu akan menyebar dengan sendirinya dari kelas ke kelas. Guru memang harus tegas tetap tetap harus memberikan kasih sayang. Lain sekolah, lain kelas, tentu lain karakter siswanya. Dan semua guru mempunyai trik untuk anak anaknya agar menyontek.
Tulisan ini dibagikan oleh Ibu Lasiyem, Guru IPS di Baradatu.
Get notifications from this blog